Karakteristik Fisikokimia Petis dari Air Rebusan Ikan Layang (Decapterus sp.) dengan Kombinasi Bahan Pengisi

Maulidya Julita Sari, Seftylia Diachanty, Irman Irawan, Bagus Fajar Pamungkas, Ita Zuraida

Abstract


Petis dapat dibuat dari bahan-bahan dasar berupa kaldu hasil rebusan ikan pindang, kupang, atau udang dan bahan pengisi yaitu berbagai jenis tepung. Penggunaan bahan pengisi dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas produk terkait karakteristik kimiawi dan kesukaan konsumen. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami karakteristik fisikokimia petis air rebusan ikan layang dengan kombinasi bahan pengisi. Bahan pengisi yang digunakan yaitu: (1) 20% tepung terigu, (2) 15% tepung terigu + 5% tepung tapioka, (3) 15% tepung terigu + 5% tepung beras, dan (4) 15% tepung terigu + 5% maizena. Parameter yang dianalisis terdiri atas proksimat, viskositas, warna, dan tingkat kesukaan (hedonik). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi bahan pengisi berpengaruh nyata terhadap nilai proksimat petis (kadar abu, air, protein, lemak) dan sifat fisik (viskositas dan warna), namun tidak berpengaruh nyata terhadap nilai hedonik (warna, rasa, tekstur, aroma,dan kesukaan keseluruhan). Kadar air petis adalah 30-50% dengan protein 20-27% yang telah memenuhi standar SNI 1-2718-2013. Derajat putih petis 40,49-45,50% dengan viskositas 568,75-981,25 dPa’s. Penambahan bahan pengisi tepung terigu dan tepung tapioka merupakan perlakuan terbaik yang menghasilkan petis dengan kadar air 32,89%; abu 2,30%; protein 24,05%; lemak 3,63%; karbohidrat 37,13%; kecerahan (L) 50,93, (a*) 5,37, (b*) 23,10, derajat putih 45,50%, dan viskositas 981,25 dPa’s. Berdasarkan parameter rasa (6,55), tekstur (6,35), aroma (5,88), warna (6,68) dan kesukaan keseluruhan (7,03), data hasil analisis menunjukkan bahwa petis tersebut dapat diterima dengan baik oleh panelis.

Title: Physicochemical Characteristics of Fish Paste from Shortfin Scad (Decapterus sp.) Boiled Fish Water with Filler Material Combinations

Petis is made of broth from boiled fish, mussels, or shrimp as basic ingredients and filler materials of flour. The use of fillers is intended to improve product quality related to chemical characteristics and consumer preferences. This study aims to determine the physicochemical characteristics of petis with a combination of fillers. The fillers used are: (1) 20% wheat flour, (2) 15% wheat flour + 5% tapioca flour, (3) 15% wheat flour + 5% rice flour, and (4) 15% wheat flour + 5% cornstarch. Parameters analyzed include proximate, viscosity, color, and level of preference (hedonic). Data were analyzed using a completely randomized design with three replications, while the hedonic test results were analyzed using Kruskal-Wallis. The combination of fillers had a significant effect on proximate values ( ash, moisture, protein, fat) and physical properties (viscosity and color), but had no significant effect on hedonic values (taste, color, odor, texture, and overall liking). The moisture content of petis was 30-50%, with protein content 20-27%, and has met the standard of SNI 1-2718-2013. The whiteness of the petis was 40.49-45.50%, while the viscosity ranged from 568.75 to 981.25 dPa’s. The addition of wheat flour and tapioca flour was the best treatment. This petis has a moisture content of 32.89%; 2.30% ash; 24.05% protein; 3.63% fat; 37.13% carbohydrate; with brightness of (L) 50.93, (a*) 5.37, (b*) 23.10, whiteness of 45.50%, and viscosity of 981.25 dPa’s. The hedonic sensory test (scale 1-9) showed that this petis was well received by the panelists based on the parameters of taste (6.55), texture (6.35), aroma (5.88), color (6.68), and overall acceptance (7.03).

 


Keywords


air rebusan ikan; petis; bahan pengisi; sifat fisikokimia

Full Text:

PDF

References


Apriliani, P., Haryati, S., & Sudjatinah. (2019). Berbagai konsentrasi tepung maizena terhadap sifat fisikokimia dan organoleptik petis udang. Jurnal Teknologi Pertanian, 1-9.

Ariswati, R., Windi, A., & Dimas, R. A. M. (2013). Substitusi tepung tapioka dalam pembuatan takoyaki. Jurnal Teknosains Pangan, 2 (1), 1-10.

Association of Official Analytical Chemist (AOAC). (2012). Official Method of analysis of official analytical ofchemist. The Association of Official AnalyticalChemist, Inc. Arlington: Virginia.

Astawan. (2004). Petis si hitam lezat bergizi.Retrieved from http://cybertravel.cbn.net.id/cbprtl/cybertravel/main.aspx on 10 February 2020.

Astuti, A. D. (2014). Pemanfaatan limbah cair pemindangan ikan. Jurnal Litbang, X(2), 114-122. doi: 10.33658/jl.v10i2.83

Auliah, A. (2012). Formulasi kombinasi tepung sagu dan jagung pada pembuatan mie. Jurnal Chemica, 13(2), 33 -38. doi: 10.35580/chemica.v13i2.624

Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2006). Cara uji kimia-bagian 1:penentuan kadar abu, kadar air, kadar lemak, dan kadar protein pada produk perikanan SNI 01-2354.2006. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2013).Produk petis udang SNI-1-2718-2013.Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Badan Standardisasi Nasional (BSN). (2015).Pedoman pengujian sensori pada produk perikananSNI 2346:2015. Jakarta: Badan Standardisasi Nasional.

Daniyanti, D. (2005). Pengaruh perbedaan proporsi filler tepung maizena terhadap komposisi kimia, kualitas fisik dan organoleptik beef nuggets. Skripsi. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Darmawan, M. (2001). Pembuatan frankfurter ikan patin dengan berbagai jenis bahan pengisi. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

DeMan, J. M. (1997). Kimia makanan. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1980). Materia medika Indonesia Jilid IV. Jakarta: Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan. p.77, 185.

Elliason. (2006). Starch in food, structure, functions and applications.

Woodhead Publishing Limited and CRC Press LLC : USA.

Fajar, F., Padaga, M. Ch., & Susilo, A. (2016). Kualitas petis daging dengan sumber pati berbeda. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, 11(1), 8-21.doi: 10.21776/ub.jitek.2016.011.01.2.

Fakhrudin, A. (2009). Pemanfaatan air rebusan kupang putih (Curbula faba Hinds) untuk pengolahan petis dengan penambahan berbagai pati-patian. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fattah, M. A. (1986). Pengaruh proses dan bahan yang digunakan terhadap mutu petis udang jawa timur berdasarkan nilai gizi yang dikandungnya. Pusbinlat Industri: Bogor.

Fennema, O. R. (1996). Food chemistry third edition. Marcel Dekker Inc : New York.

Fitriyah, R. H., Susilo, B., & Komar, N. (2013). Studi pengaruh penambahan air dan suhu pemanasan terhadap viskositas petis ikan. Jurnal Keteknikan Pertanian Tropis dan Biosistem. 1(2), 29-34.

Harjono, Zubaidah, E., & Aryani, F. N. (2000). Pengaruh proporsi tepung beras ketan dengan tepung tapioka dan penambahan telur terhadap sifat fisik dan organoleptik kue semprong. Jurnal Makanan Tradisional Indonesia.

Hernawati, J., Saokani, & Heriansah. (2017). Pengaruh penambahan garam terhadap karakteristik petis berbahan limbah padat ikan tongkol (Euthynnus affinis). Jurnal Balik Diwa, 8(1), 8-12.

Hidayati, A. A., Sumardianto, & Romadhon. (2016). Pengaruh penambahan tinta cumi-cumi (Loligo sp.) dengan konsentrasi yang berbeda terhadap kualitas petis limbah ikan pindang. Jurnal Pengolahan dan BioteknologiHasil Perikanan. 5(1), 2442-4145.

Imanningsih, N. (2012). Profil gelatinisasi beberapa formulasi tepung-tepungan untuk pendugaan sifat pemasakan. Panel Gizi Makan, 35(1),13-22.

Irmawati, F. M. D., Ishartani, & Affandi, D. R. (2014). Pemanfaatan tepung umbi garut (Maranta arundinacea L.) sebagai pengganti terigu dalam pembuatan biskuit tinggi energi protein dengan penambahan tepung kacang merah (Phaseolus vulgaris L.). Jurnal Teknosains Pangan, 3(1),3-14.

Isnaeni, A. N., Swastawati, F., & Rianingsih, L. (2014). Pengaruh penambahan tepung yang berbeda terhadap kualitas produk petis dari cairan sisa pengukusan bandeng (Chanos Chanos Forsk) Presto. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(3), 40-46.

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). (2019). Statistik perikanan tangkap laut produksi Tahun 2018. Indonesia. https://kkp.go.id/setjen/satudata/artikel/9669-kelautan-dan-perikanan-dalam-angka-2019-telah-terbit.

Kent, N. L. (1983). Technology of cereal (3rd ed). Pergamon Press:Sydney.

Khalida, R. N. (2006). Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan pengisi terhadap sifat fisik, kimia dan organoleptik petis instan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.

Kurnianta, M. J. (2002). Profil kandungan logam berat cadmium (Cd) dan krom (Cr) dalam daging kupang beras (Tellina versicolo). Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Jember. Jember.

León, K., Mery, D., & Pedreschi, F. (2005). Color measurements in L*a*b* unit from RGB digital unit.Universidad de Santiago de Chile (USACH), Santiago.

Nontji, A. (2002). Laut nusantara. Jakarta: PT. Djambatan,

Oktavia, D. A., Mangunwijaya, D., Wibowo, S., Sunarti, T. C., & Rahayuningsih, M. (2012). Pengolahan limbah cair perikanan menggunakan konsorsium mikroba indigenous proteolitik dan lipolitik. Agrointek, 6(2), 65-71.

Pradipta, I. B. Y. V., & Widya D. W. P. (2015). Pengaruh proporsi tepung terigu dan tepung kacang hijau serta subtitusi dengan tepung bekatul dalam biskuit. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(3),793-802.

Rasyid, N. P., Hartulistiyoso, E., & Fardiaz, D. (2017). Aplikasi microwave untuk disinfestasi Tribolium castaneum (Herbst.) serta pengaruhnya terhadap warna dan karakteristik amilografi terigu. Jurnal Agritech, 37(2), 183–191. doi: 10.22146/agritech.11255.

Sari, V. R., & Kusnadi, J. (2015). Pembuatan petis instan (kajian jenis dan proporsi bahan pengisi. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2), 381-389.

Sari, M. (2011). Maizena sebagai alternatif pengganti pektin dalam pembuatan selai belimbing (Averrhoa carambola L.). Jurnal Sains Teknologi, 3(1), 44–51. doi: 10.31958/js.v3i1.32.

Setyowati, M. T. (2002). Sifat fisik, kimia dan palatabilitas nugget kelinci, sapi dan ayam yang menggunakan berbagai tingkat konsentrasi tepung maizena. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor:Bogor.

Singh, N., Singh, J., Kaur, L., Sodhi, N. S., & Gill, B. S. (2003). morphological, thermal and rheological of starches from different botanical sources. Food Chemistry, 81, 219-231. doi: 10.1016/S0308-8146(02)00416-8.

Sofyan, I., Ikrawan, Y., & Yani, L. (2018). Pengaruh konsentrasi bahan pengisi dan sodium tripolyphosphate (Na5P3O10) terhadap karakteristik sosis jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Pasundan Food Technology Journal, 5(1), 25–36.

Sumnu, G., Ndife, M. K., & Bayindirli, L. (1999). Effects of sugar, protein and water content on wheat starch gelatinization due to microwave heating. European Food Research and Technology, 209(1), 68-71.

Suprapti, L. (2001). Membuat Petis Teknologi Tepat Guna. Yogyakarta: Kanisius.

Utomo, D., Wahyuni, R., & Wiyono, R. (2011). Pemanfaatan ikan gabus (Ophiocephalus striatus) menjadi bakso dalam rangka perbaikan gizi masyarakat dan upaya meningkatkan nilai ekonomisnya. Teknologi Pangan : Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah Teknologi Pertanian, 1(1). doi: 10.35891/tp.v1i1.476

Wanita, Y. P., & Wisnu, E. (2013). Pengaruh cara pembuatan mocaf terhadap kandungan amilosa dan derajat putih tepung. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.

Winarno. (2008). Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia.

Zahrotin, R. (2013). Penambahan tepung ganyong terhadap organoleptik, kandungan kalsium dan kalori pada bakso belut. Artikel Karya Ilmiah. IKIP PGRI Semarang.




DOI: http://dx.doi.org/10.15578/jpbkp.v16i2.759

Article Metrics

Abstract view : 1068 times
PDF - 468 times

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


JPBKP adalah Jurnal Ilmiah yang terindeks :


Creative Commons License

ISSN : 1907-9133(print), ISSN : 2406-9264(online)
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.